Selasa, 26 Januari 2010

skripsi

KORESPONDENSI FONEMIS BAHASA BALI DAN BAHASA SASAK

Riris Tiani
Fakultas Ilmu Budaya, UNDIP
Abstract
Bali and Sasak belongs to Austronesian languages. Which the languages genetically have cognate. So there are shows sound changes, that is called phonemics correspondence. Sound changes in the Bali and Sasak languages happen with continuity. Based on the assumption, one of the method used to prove it is using comparative analysis by using phonemic correspondence technique. Based on the technique mentioned above, it was found that the formula phonemic correspondence in Bali and Sasak languages, those are:
a. *a > /ə ~ e / excpecially on position opened penultima and closed penultima, which is bilabial, palatal, dorsovelar.
b. *q > /h ~ q / on closed ultima.
Key words: phonemic correspondence, sound changes, cognate, formula correspondence

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Alur gerak bahasa banyak dipengaruhi oleh perkembangan masyarakat penuturnya. Hal ini merupakan fakta empiris yang implikasinya belum lama disadari dalam perkembangan telaah bahasa. Bukti ini dapat terlihat dalam perbandingan dua teks dari abad yang berbeda. Adapun perubahan dan perkembangan bahasa, banyak dipengaruhi oleh gerak migrasi dan kontak social. Gerak yang dipengaruhi oleh perpindahan penutur bahasa dari daerah satu ke daerah lain disebut gerak migrasi. Sedangkan bahasanya dipengaruhi oleh kontak social, yakni apabila ada dua atau lebih kelompok penutur bahasa tersebut memiliki tingkat interaksi tinggi. Kondisi ini mengakibatkan perubahan dan perkembangan bahasa yang terjadi relative sama. Sebaliknya, apabila ada dua atau lebih kelompok penutur bahasa memiliki tingkat interaksi yang rendah atau bahkan terputus, maka kelompok penutur bahasa tersebut akan mengalami perkembangan bahasa yang relative berbeda.
Awalnya perbedaan itu hanya pada tataran dialek saja, sehingga dua kelompok penutur bahasa tersebut masih dapat saling dimengerti (Nababan, 1991:17). Perbedaan dialek dalam satu periode dari suatu bahasa semakin besar, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya perbedaan ragam bahasa, tetapi bahasa-bahasa tersebut masih berkerabat atau mempunyai satu bahasa tua atau proto.
Perbedaan ragam bahasa yang terjadi, dapat diklasifikasikan dengan cara pengelompokkan bahasa-bahasa berdasarkan topik-topik tertentu dengan mengadakan generalisasi bagi tiap kelompok. Cirri-ciri tertentu yang dimiliki bersama oleh sejumlah bahasa, dan beberapa kelompok bahasa-bahasa tersebut dimasukkan dalam satu kelompok yang homogeny, dan beberapa kelompok dapat dimasukkan lagi dalam kelompok –kelompok yabg lebih besar. Semakin besar kelompok yang dihasilkan berdasar cirri-ciri tertentu, semakin sedikit jumlah kelas kata bahasa yang ada, dan semakin sempit keanggotaan kelompok semakin banyak jumlah kelas kata bahasa yang diperoleh. Hal terpenting, bahwa bahasa-bahasa dikelompokkan dalam satu kesatuan bahasa tersebut mirip satu sama lain.

Kemiripan atau kesamaan bentuk dan makna sebagai akibat dari perkembangan sejarah yang sama atau perkembangan dari suatu bahasa proto yang sama. Bahasa-bahasa yang mempunyai hubungan yang sama atau berasal dari suatu bahasa proto yang sama, kemudian berkembang menjadi bahasa-bahasa baru, maka dimasukkan dalam satu keluarga bahasa (language family) yang berarti bentuk kerabat.
Bahasa dianggap berkerabat dengan kelompok bahasa tertentu apabila secara relative memperlihatkan kesamaan yang besar bila dibandingkan kelompok-kelompok lainnya. Perubahan fonemis dalam sejarah bahasa-bahasa tertentu memperlihatkan pula sifat yang teratur. Semakin dalam kita menelusuri sejarah bahasa-bahasa kerabat, maka akan semakin banyak didapat kesamaan antar pokok-pokok bahasa yang dibandingkan
Oleh sebab itu, korespondensi yang teratur antarbahasa dapat dijelaskan sebagai akibat perubahan fonemis yang teratur antara bahasa-bahasa kerabat. Sedangkan keteraturan antarsegmen sebagai akibat dari perubahan fonemis yang teratur di mana keadaan itu muncul pada situasi yang berbeda.
Kemiripan atau kesamaan bentuk dan makna terdapat dalam bahasa-bahasa di Nusantara. Bahasa-bahasa daerah di Nusantara yang termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia memiliki banyak kesamaan yang masih dapat diusut, karena berasal dari satu induk bahasa yang sama. Kemiripan atau kesamaan bentuk dan makna juga terlihat pada bahasa Bali dan Sasak. Keduanya termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia, tepatnya kelompok bahasa Austronesia Barat yakni bahasa-bahasa Hesperonasia (bahasa-bahasa Indonesia Barat) (keraf,1990:205).
Kedua bahasa tersebut secara geografis berada pada wilayah yang berdekatan. Pertama adalah propinsi Bali, yang terbagi atas delapan kabupaten, yakni: Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Bangli, Karangasem, dan Buleleng. Sedangkan Pulau Lombok , Propinsi Nusa Tenggara Barat yang terbagi menjadi tiga kabupaten, yakni Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, dan Lombok Timur.
Dilihat dari perkembangan bahasanya, kedua bahasa tersebut masih hidup dan digunakan oleh masyarakat pemakai bahasa yang bersangkutan. Bahasa Bali digunakan sebagai alat komunikasi intraetnis oleh masyarakat suku bangsa Bali, sedangkan bahasa Sasak digunakan oleh masyarakat suku bangsa Sasak di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Kedua bahasa yang penulis kaji, memperlihatkan perubahan fonemis yang teratur. Perubahan tersebut dapat tampak pada bentuk adəp ‘hadap’ dalam bahasa Bali, adep ‘hadap’ dalam bahasa Sasak. Selain menunjukkan perubahan fonemis, bahasa Bali dan bahasa Sasak juga memiliki sifat kekerabatan karena secara geografis berdekatan.
1.2 Penutur Bahasa Bali dan Bahasa Sasak
1.2.1 Penutur Bahasa Bali
Bahasa Bali hidup dan berkembang di Provinsi Bali, tepatnya di Kabupaten Jembrana, dengan beribu kota di Nagara. Terletak di Provinsi Bali Bagian Barat dengan luas 841, 80 km2. Dilihat dari letak astronominya, kabupaten Jembrana berada di antara 8o 14’ – 8o 28’ Lintang Selatan dan 114o 25’ – 114o 56’ Bujur Timur. Sebelah Utara kabupaten Jembrana berbatasan dengan kabupaten Buleleng, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia, sebelah Barat berbatasan dengan Selat Bali, dan sebelah Timur berbatasan dengan kabupaten Tabanan.
Secara administratif kabupaten Jembrana dibagi menjadi 4 kecamatan dan terdiri atas 15 desa. Keempat kecamatan tersebut adalah: kecamatan Melaya, kecamatan Nagara, kecamatan Mendoyo, kecamatan Pekutatan.
1.2.2 Penutur Bahasa Sasak

Sasak adalah suku bangsa asli provinsi Nusa Tenggara Barat, khususnya di pulau Lombok. Pulau Lombok beribu kota di Mataram, dengan luas pulau lebih kurang 5.179 km2. Dilihat dari letak astronomisnya, pilau Lombok berada di antara 8o 10’ – 8o 95’ Lintang Selatan dan 115o 45’ – 116o 42’ Bujur Timur. Di sebelah Utara pulau Lombok berbatasan dengan Laut Flores, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia, sebelah Barat berbatasan dengan Selat Lombok dan Pulau Bali, sebelah Timur berbatasan dengan Selat Alas dan Pulau Sumbawa.
Secara administratif pulau Lombok di bagi menjadi tiga kabupaten, yaitu: kabupaten Lombok Barat, kabupatenLombok Tengah, kabupaten Lombok Timur; dengan 56 kecamatan.
Penutur bahasa Sasak tidak hanya berdiam di satu wilayah saja, melainkan populasi mereka menyebar di seluruh wilayah pulau Lombok. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bahasa Sasak tergolong bahasa daerah yang besar dan kuat dalam kehidupan sisoal budaya masyarakat pendukungnya (Thoir, 1985:9).
1.3 Landasan Teori


Linguistik Hirtoris Komparatif adalah ilmu bahasa yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu tertentu, serta mengkaji perubahan unsure bahasa yang terjadi dalam bidang waktu tertentu (Keraf, 1990:22).
Prinsip dasar yang harus dipegang dalam Linguistik Historis Komparatif adalah dua bahasa atau lebih dapat dikatakan kerabat apabila bahasa-bahasa tersebut berasal dari satu bahasa yang dipakai pada masa lampau. Selama pemakaiannya, semua bahasa mengalami perubahan dan bahasa bisa pecah menjadi dua atau lebih bahasa turunan. Adanya hubungan kekerabatan antara dua bahasa atau lebih ditentukan oleh adanya kesamaan bentuk dan makna.
Bentuk-bentuk kata yang sama antara berbagai bahasa dengan makna yang sama, diperkuat lagi dengan kesamaan-kesamaan unsur-unsur tata bahasa, dapat dijadikan dasar penentuan bahwa bahasa-bahasa tersebut berkerabat, yang diturunkan daru satu bahasa proto yang sama.
Tujuan dan Manfaat Linguistik Historis Komparatif, dengan memperhatikan luas lingkupnya adalah:
1. Menekankan hubungan-hubungan antara bahasa-bahasa serumpun dengan mengadakan perbandingan mengenai unsure-unsur yang menunjukkan hubungan dan tingkat kekerabatan antar bahasa-bahasa itu.
2. Mengadakan rekontruksi bahasa-bahasa yang ada dewasa ini kepada bahasa-bahasa yang dianggap lebih tua atau menemukan bahasa-bahasa proto yang menurunkan bahasa kontemporer.
3. Mengadakan pengelompokan (sub-grouping) bahasa-bahasa yang termasuk dalam suatu rumpun bahasa. Ada beberapa bahasa yang memperlihatkan keanggotannya lebih dekat satu sama lain apabila dibandingkan dengan beberapa anggota lainnya(Keraf,1990:23).

Aspek bahasa yang tepat dijadikanobjek perbandingan adalah bentuk dan makna. Kesamaan-kesamaan bentuk dan makna itu akan lebih meyakinkan, karena bantuk-bentuk tersebut memperlihatkan kesamaan semantic. Kesamaan bentuk dan makna tersebut sebagai pantulan dari sejarah warisan yang sama. Bahasa-bahasa kerabat yang berasal dari bahasa proto yang sama selalu akan memperlihatkan kesamaan sistem bunyi (fonetik) dan susunan bunyi (fonologis).
Asumsi mengenai kata kerabat yang berasal dari sebuah bahasa proto yang didasarkan pada beberapa kenyataan berikut. Pertama, ada sebuah kosa kata dari kelompok bahasa tertentu secara relative memperlihatkan kesamaan yang besar apabila dibandingkan dengan kelompok lainnya. Kedua, perubahan fonetis dalam sejahar bahasa-bahasa tertentu memperlihatkan pula sifat yang terstur. Keteraturan ini oleh Grimm dinamakan Hukum Bunyi. Ketiga, semakin dalam kita menelusuri sejarah bahasa-bahasa kerabat akan semakin banyak kesamaan antara pokok-pokok yang dibandingkan.
2. METODE
2.1 Metode Penyediaan Data
Metode yang digunakan dalam penyediaan data adalah metode padan referensial dengan teknik catat langsung. Dengan alat penentunya adalah kenyataan yang ditunjuk oleh bahasa atau referent bahasa. Selanjutnya akan didaftar penentuan kata kerabat, dengan kategori sebagai berikut:
a. Kata -kata ganti
b. Kata-kata bilangan
c. Kata-kata sifat dan aktivitasnya
d. Kata-kata alam
e. Alat-alat perlengkapan sehari-hari

2.2 Metode Analisis Data
Metode yang diterapkan dalam menganalisis data adalah metode korespondensi Fonemis. Korespondensi Fonemis merupakan metode untuk menemukan hubungan antarbahasa dalam bidang bunyi bahasa
Metode analisis korespondensi fonemis dilakukan dengan melalui tahapan sebagai berikut:
a. Mendaftar gloss yang didugab memiliki nilai korespondensi
b. Membandingkan fonem demi fonem dari tiap segmen yang terdapat pada posisi yang sama, dimasukkan dalam satu perangkat korespondensi
c. Memperoleh perangkat korespondensi
d. Menentukan perubahan-perubahan bunyi yang terjadi dalam sejumlah gloss yang diperbandingkan

3. HASIL PEMBAHASAN
3.1 Perangkat Korespondensi Fonemis Bahasa Melayu Bali, Bahasa Sasak, dan Bahasa Sumbawa
3.1.1 Perangkat Korespondensi Fonemis /ə ~ e/
Gloss BMB BS K. Fonemis
apa apə ape ə ~ e /-#
antar antər anter ə ~ e / -C#
bara barə bare ə ~ e /-#
baca bacə bace ə ~ e / -#
batas batəs bates ə ~ e /-C#
gaya gayə gaye ə ~ e / -#
cara carə care ə ~ e /-#
ikat ikət iket ə ~ e /-C#
catat catət catet ə ~ e /-C#
jaga jagə jage ə ~ e /-#
hangat haŋət haŋet ə ~ e /-C#
kaca kacə kace ə ~ e /-#
harap harəp harep ə ~ e /-C#
lalat lalət lalet ə ~ e /-C#
paksa paksə pakse ə ~ e /-#
Perangkat Korespondensi fonemis /ə ~ e /, merupakan refleksi dari proto fonem Austronesia. Proto fonem PAN */a/ dalam bahasa Bali direfleksikan menjadi fonem /ə/, dan dalam bahasa Sasak direfleksikan menjadi fonem /e/. perubahan fonem tersebut pada posisi penultima terbuka dan tertutup. Pada posisi penultima tertutup, apabila diikuti oleh konsonan bilabial /p/, /m/, konsonan palatal /t/, /s/, /n/, /l/, /r/, dan konsonan dorsovelar /k/.
Perangkat Korespondensi Fonemis / h ~ q /, merupakan refleksi dari proto fonem Austronesia. Proto fonem PAN */q/ tetap dipertahankan dalam bahasa Sasak, sedangkan dalam bahasa Bali direfleksikan menjadi fonem /h/, perubahan fonem tersebut hanya terjadi pada posisi ultima tertutup
3.2 Rekurensi Fonemis
Setiap korespondensi yang didapat harus diperkuat dengan sejumlah rekurensi fonemis (phonetic recurrence) yaitu prosedur untuk menemukan perangkat bunyi yang muncul secara berulang-ulang dalam sejumlah pasang kata.
Hasil proses rekurensi pada pasangan-pasangan kaya mengindikasikan korenspondensi fonemis pada bahasa yang diperbandingkan, terlihat pada:
3.2.1 Rekurensi Fonemis Bahasa Bali dan Bahasa Sasak dalam korespondensi fonemis /ə ~ e /

Tabel 1
Rekurensi Fonemis yang muncul pada sejumlah pasang kata yang memiliki perangkat korespondensi fonemis /ə ~ e / pada posisi ultima tertutup dalam bahasa Bali dan bahasa Sasak.
Gloss ə ~ e
-#
BB BS K. Fonemis
apa apə ape ə ~ e /-#
bara barə bare ə ~ e /-#
baca bacə bace ə ~ e / -#
gaya gayə gaye ə ~ e / -#
cara carə care ə ~ e /-#
jaga jagə jage ə ~ e /-#
kaca kacə kace ə ~ e /-#
paksa paksə pakse ə ~ e /-#
Tabel 2
Rekurensi Fonemis yang muncul pada sejumlah pasang kata yang memiliki perangkat korespondensi fonemis /ə ~ e / pada posisi penultima tutup dalam bahasa Bali dan bahasa Sasak.
Gloss ə ~ e C= bilabial,Palatal,
-C# dorsovelar
BB BS K. Fonemis
antar antər anter ə ~ e / -C#
batas batəs bates ə ~ e /-C#
ikat ikət iket ə ~ e /-C#
catat catət catet ə ~ e /-C#
hangat haŋət haŋet ə ~ e /-C#
harap harəp harep ə ~ e /-C#
lalat lalət lalet ə ~ e /-C#
3.2.2 Rekurensi Fonemis Bahasa Bali dan Bahasa Sasak dalam korespondensi fonemis /h ~ q /
Tabel 3
Rekurensi Fonemis yang muncul pada sejumlah pasang kata yang memiliki perangkat korespondensi fonemis /h ~ q / pada posisi ultima dalam bahasa Bali dan bahasa Sasak.
Gloss BMB BS K. Fonemis
asah asah asaq h ~ q / -#
basah basah basaq h ~ q /-#
basuh bisoh bisoq h ~ q /-#
buah buah buaq h ~ q /-#
pecah bəlah bilaq h ~ q /-#
salah salah salaq h ~ q /-#
tanah tanah tanaq h ~ q /-#
belah belah belaq h ~ q /-#
4. SIMPULAN

Berdasarkan analisis yang telah diuraikan, maka dapat ditarik simpulan bahwa antara bahasa Bali dan bahasa Sasak memperlihatkan korespondensi fonemis yang muncul secara teratur.
Formula korespondensi dalam bahasa Bali dan bahasa Sasak yang didapat adalah:
4.1
BB = ə
BS = e
(/p/, /m/, /t/, /s/, /n/, /l/, /r/, /k/)
Proto fonem */a/ mengalami split, yang direfleksikan menjadi dua fonem, yakni */a/ dalam bahasa Bali direfleksikan menjadi fonem /ə/, sedangkan */a/ dalam bahasa Sasak direfleksikan menjadi fonem /e/.
4.2
BB = h
BS = q
Proto fonem */q/ mengalami split, yang dipantulkan menjadi dua fonem, yakni proto fonem */q/ dalam bahasa Sasak tetap dipertahankan, sedangkan dalam bahasa Bali direfleksikan menjadi /h/.
5. DAFTAR PUSTAKA

Austin, Peter K. n.d. Clitics in Sasak, Eastern Indonesia. Jurnal Ilmiah MLI Februari 2005, Jakarta.
Bagus, I gusti Ngurah, et al. 1985. Kamus Bali-Indonesia. Jakarta:Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Bratamidjaja, Rachmat. 1990. Ensiklopedi Indonesia Seri Geografi. Jakarta:PT.Intermasa.
Dick, SC dan Kooij,JG. 1994. Ilmu Bahasa Umum. Diterjemahkan oleh TW Kamil. Jakarta:RUL.
Denes, I Made, et al. 1985. Geografi Dialek Bahasa Bali. Jakarta:Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Herusantosa, Suparman, et al. 1987. Pemetaan Bahasa-Bahasa di Nusa Tenggara Barat. Jakarta:Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Hock,H.H.1986. Principles of Historical Linguistics. Berlin:Mouton de Gruyter
Keraf, Gorys. 1990. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta:Gramedia.
Lubis, A.Hamid. 1994. Glosarium Bahasa dan Sastra. Bandung:Angkasa.
Melalatoa, M.Junus. 1995. Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Jilid A-K. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Perdjosoedarmo, Gloria R. n.d. Linguistik Historis. Brunei Darussalam:Universitas Brunei Darussalam.
Sumarsono, et al. 1985. Kamus Sumbawa-Indonesia. Jakarta:Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Thoir, Nazir, et al. 1985. Kamus Sasak – Indonesia. Jakarta:Pusat Pembinaan dan Pengembanhan Bahasa.
Wurm, S.A dan Wilson B. 1975. English Finderlist of Recontruction in Austronesian Language.Australia:Linguistic Research School of Pasific Studies The Austrinesian National University.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar